Buah Karya Besar Sunan Ampel – Masjid Rahmad Kembang Kuning menjadi salah satu peninggalan Sunan Ampel yang masih tersisa sampai dengan detik ini. Kisah penyebaran Islam di Surabaya masih meninggalkan jejak. Terutama keikutsertaan Raden Rahmad atau nama Sunan Ampel. Salah satu dari Wali 9 memiliki banyak jejak di Surabaya. Salah satunya adalah masjid Rahmad di desa bunga kuning, Surabaya.
Hanya sedikit orang yang tahu bahwa cikal bakal Masjid Rahmad adalah sebuah pondok kecil menyerupai bambu, karya Sunan Ampel.
Sebelum penciptaan masjid Ampel Surabaya, Raden Rahmad dianggap telah membangun masjid kecil, atau Musolla, di area bunga kuning Surabaya. Pelanggaran itu sekarang diubah menjadi bangunan masjid yang dikenal sebagai Masjid Rahmad Surabaya.
Siapa sangka jika masjid itu sebelumnya berupa langgar bambu kecil dan atap jerami. Masjid kecil ini dibangun oleh Raden Rahmat ketika kerajaan Majapahit dipimpin oleh Prabu Brawijaya V.
Karya Besar Sunan Ampel
“Pada waktu itu, pada akhir Kerajaan Majapahit dan Raden Rahmad, Raja Majapahit telah menyumbangkan tanah di daerah Ampel, tetapi sebelum itu dia berhenti di depan bunga kuning ini,” kata Mansur, presiden Masjid Rahmat Takmir, saat berbincang dengan Okezone, di Masjid Jalan Kembang Kuning Surabaya, Kamis (4/8).
Dia mengatakan kepada saya bahwa ketika Raden Rahmad tiba di Surabaya, dia berhenti di Kembang Kuning. Di persinggahan, Raden Rahmad merasa terpanggil untuk agama Islam. Saat itu, penduduk Kembang Kuning menganut ajaran animisme. Rupanya, kedatangan Raden Rahmad di lokasi ini telah diterima dengan baik oleh masyarakat sekitar.
Bahkan, tutornya bertemu tokoh lokal bernama Ki Bang Kuning atau Ki Wiro Suryo. Dari pengantar, rupanya, Ki Wiro kagum dengan kepribadian dan sifat Raden Rahmad, yang mulia dalam karakternya. Akibatnya, selain Ki Wiro, ia memeluk Islam dan ingin menikahi putri satu-satunya, Nyai Maskarimah.
“Akhirnya, Raden Rahmad dan Nyai Maskarimah menikah dan tinggal di daerah itu”. katanya.
Dari pernikahannya, Raden Rahmad diberkati dengan dua gadis bernama Nyimas Musthosyiah dan Musythosimah. Setelah singgah lama di daerah itu, Raden Rahmat akhirnya melanjutkan perjalanannya di daerah Ampel untuk akhirnya mendirikan Masjid Ampel di daerah yang tidak jauh dari Kembang Kuning.
Bangunan yang ia bangun saat itu dibangun sebagai pusat simbol Islam di daerah Kembang Kuning. Bisa dikatakan bahwa Rahmad Langgar ini diciptakan oleh Sunan Ampel.
Tahun demi tahun, Rahmad Langgar, yang sebelumnya terbuat dari kios bambu, ditemukan sedang direnovasi dan diubah menjadi masjid. Masjid kecil didirikan pada 1950-an sementara bangunan yang ada dibangun pada tahun 1963 dan terletak hari ini.
Silsilah Sunan Ampel
Sunan Ampel / Raden Rahmat / Sayyid Ahmad Rahmatillah bin
Maulana Malik Ibrahim / Ibrahim Asmoro bin
Syaikh Jumadil Qubro / Jamaluddin Akbar al-Husaini bin
Ahmad Jalaludin Khan bin
Abdullah Khan bin
Abdul Malik Al-Muhajir (Nasrabad,India) bin
Alawi Ammil Faqih (Hadhramaut) bin
Muhammad Sohib Mirbath (Hadhramaut)
Ali Kholi’ Qosam bin
Alawi Ats-Tsani bin
Muhammad Sohibus Saumi’ah bin
Alawi Awwal bin
Ubaidullah bin
Ahmad al-Muhajir bin
Isa Ar-Rumi bin
Muhammad An-Naqib bin
Ali Uraidhi bin
Ja’far ash-Shadiq bin
Muhammad al-Baqir bin
Ali Zainal Abidin bin
Husain bin
Ali bin Abi Thalib dan Fatimah az-Zahra binti Muhammad
Jadi, Sunan Ampel memiliki darah Uzbekistan dan Champa dari sebelah ibu. Tetapi dari ayah leluhur mereka adalah keturunan langsung dari Ahmad al-Muhajir, Hadhramaut. Bermakna mereka termasuk keluarga besar Saadah BaAlawi.
Keturunan Sunan Ampel
Isteri Pertama, yaitu: Dewi Condrowati alias Nyai Ageng Manila binti Aryo Tejo Al-Abbasyi, berputera:
Maulana Mahdum Ibrahim/Raden Mahdum Ibrahim/ Sunan Bonang/Bong Ang
Syarifuddin/Raden Qasim/ Sunan Drajat
Siti Syari’ah/ Nyai Ageng Maloka/ Nyai Ageng Manyuran
Siti Muthmainnah
Siti Hafsah
Isteri Kedua adalah Dewi Karimah binti Ki Kembang Kuning, berputera:
Dewi Murtasiyah/ Istri Sunan Giri
Dewi Murtasimah/ Asyiqah/ Istri Raden Fatah
Raden Husamuddin (Sunan Lamongan)
Raden Zainal Abidin (Sunan Demak)
Pangeran Tumapel
Raden Faqih (Sunan Ampel 2)